Bentuk kedua kebersyukuran adalah tindakan membalas kebaikan itu. Manusia modern yang hidup dalam tatanan masyarakat kapitalis yang serba teknologis cenderung makin kurang menyadari fenomena rahmat, ia menganggap segala sesuatu adalah prestasi manusia
๐ฌ
Mata
Positif
Kufokuskan
mataku melihat rahmat dibalik semua perkara karena
hal ini sangat
berguna,
Demikian kata
guruku, Bahwa apa yang kau
lihat
tergantung apa yang kau cari.
Mata negatif
selalu melihat keburukan pada
setiap kebaikan,
tetapi mata positif selalu
melihat kebaikan
pada setiap keburukan.
Hati
pesimistis selalu melihat kesulitan dalam
setiap kesempatan,
sedangkan hati optimistis
selalu melihat
kesempatan dalam setiap
kesulitan.
Maka kuputuskan menjadi insan berjiwa positif:
kuhadapi kesulitan, karena ia
memperkuat
punggung karakterku.
kuhadapi kegagalan, karena ia
membuka tirai jiwaku.
kuhadapi pencobaan, karena ia
menyingkap topeng batinku.
kuhadapi perlakuan jahat, karena
ia
menguji kebaikanku
kuhadapi perlakuan batil, karena
ia
mempertajam rasa adilku.
kuhadapi perlakuan lalim, karena
ia
menguji kealimanku.
kuhadapi kekurangan, karena ia
meninggikan apresiasiku pada
kelimpahan.
kuhadapi penderitaan, karena ia
memperhalus jiwaku.
kuhadapi penyakit, karena ia
mengingatkan kefanaanku
kuhadapi kematian, karena ia
membuat setiap detik menjadi berharga.
Alkisah, suatu desa di Prancis sedang panen anggur. Seperti
biasanya, setiap panen selalu diakhiri dengan pesta warga. Pesta itu merupakan
swadaya bersama-dari, untuk, dan oleh seluruh warga. Setiap keluarga
menyumbangkan sejumlah makanan dan minuman, begitulah adatnya.
Ada satu tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun.
Setiap keluarga bersama sama mengisi tong kayu besar sampai penuh,
masing-masing menyumbangkan 5 liter anggur terbaik mereka, yang akan diminum
bersama-sama nantinya.
Pada malam hari saat pesta dimulai, kepala desa yang juga
petani anggur, diiringi tetua desa bersama-sama membuka tong tersebut. Acara
selanjutnya, anggur itu dibagi-bagikan kepada semua yang dadir untuk diminum
serentak. Saat tanda mulai minum diberikan, semua orang mengangkat gelas dan
meneguk anggur perdana mereka. Namun semua terkejut, ternyata gelas mereka
hanya berisi air tawar belaka.
Kepala desa tersentak dan teringat pada kejadian tadi siang.
Diseretnya seorang warga ke depan lalu ditudingnya dengan berseru, โHei, kamu
petani kikir! Tadi siang aku melihatmu menuangkan lima liter air tawar ke dalam
tong ini! Lihatlah, perbuatanmu telah membuat seluruh anggur kita menjadi
tawar!โ Si tertuduh terdiam pucat dan malu sekali. Dia memang melakukanny.
Pesta pun bubar penuh kekecewaan.
Dalam perjalanan pulang kepala desa berpikir keras, โBagaimana
mungkin air tawar yang dituangkan si petani kikir itu ditambah lima liter air
tawarku mampu menawarkan seluruh anggur dalam tong besar itu?โ
Ternyata semua warga berpikir sama seperti kepala desanya.
Setiap orang rupanya hanya menyetor lima liter air tawar dan menahan anggur
terbaik mereka masing-masing di rumah. Mereka yakin: dalam tong sebesar
itusedikit air tawar tidak mungkin ketahuan, apalagi merusak pesta.
Dunia bisnis,
birokrasi, dan politik juga tidak asing dengan kisah pesta anggur di atas.
Lihatlah rapat di kantor-kantor. Setiap peserta yakin, terlambat 5 menit tidak
berarti apa-apa. Tetapi akhirnya, rapat terlambat 1 jam. Pelayan supermarket
merasa, jika cuma dirinya yang bermuka masam, dampaknya bsa diabaikan. Tetapi
akibatnya, supermarket sepi pelanggan. Seorang pejabat yakin, uang yang
dikorupsinya tidak berarti apa-apa dibanding besarnya anggaran negara.
Nyatanya, semua pejabat berpikir demikian, sehinggautang republic menggunung
ratusan triliun.
Solusi masalah ini, konsisten pada akar masalahnya, harus
dimulai dari level pribadi. Tegasnya,rasa hormat diri, perlu diperkuat kembali
agar orang merasa malu melakukan segala bentuk penyimpangan, kecurangan, dan
kenistaan. Malu datang terlambat, malu korupsi, nyontek, malu berbohong.
Sebaliknya dari puing-puing rasa malu ini harus dibangun kembali kehormatan
diri; bangga berprestasi, tepat waktu, dan kerja keras.
Mahatma Gadhi
merumuskan 7 sebab kehancuran suatu masyarakat yang kini popular sebagai 7 dosa
maut:
1.
Commerce without Morality (Bisnis tanpa etika)
2.
Wealth without Work (Kaya tanpa Kerja)
3.
Pleasure without Conscience (Nikmat tanpa Nurani)
4.
Knowledge without Character (Ilmu tanpa Karakter)
5.
Science without Humanity (Sains tanpa Kemanusiaan)
6.
Politics without Principles (Politik tanpa Prinsip)
7.
Religion without Sacrifice (Agama tanpa Kurban)
Di Prancis, seorang lelaki tua hidup sebatang kara,
ditinggalmati oleh istridananak tunggalnya. Buat kebanyakan orang, situasi
begini mendorong mereka bertanya: Buat apa hidup terus? Namun lelaki itu memilih
meninggalkan pondoknya, memilih beberapa domba, dan pergi lembah Cevennes,
suatu daerah yang sepi. Ia ingin melupakan masa lalunya. Di wilayah itu masih terlihat
sisa runtuhanbeberapa desayang ditinggalkan penduduknya. Lelaki ini
memperkirakan seluruh daerah itu akan menjadi gurun bila pepohonan tidak tumbuh
lagi.
Dalam perjalanan menggembalakan dombanya,lelaki itu
memunguti biji-biji oak, memilih yang terbaik, dan merendamnya dalam air. Hari
hari berikutnya, dengan sebatang tongkat besi, ia melubangi tanah yang
dilaluinya dan menanam biji oak itu.
Dalam waktu 3 tahun ia telah menanam 100 ribu biji oak. Dia
berharap barang 10 ribu pohon akan tumbuh. Dia berharap juga kiranya Tuhan
mengizinkannyahidup beberapa tahun lagi gar bias terus menyelesaikan
pekerjaannya. Ketika meninggal pada tahun 1947 dalam usia 89 tahun, ia telah
berhasil menciptakan salah satu hutan paling indah di Prancis, yang terbentang
11 km dengan lebar 3 km.
Apa yang terjadi dengan tumbuhnya hutan itu? Kini ada
miliaran akar yang mampu menampungair hujan dan menyuburkan daerah itu. Aliran
sungai kecil tercipta lagi. Rerumputan dan bunga tumbuh subur kembali. Burung
burung juga kembali ke hutan. Kehidupanpun berubah di sana. Manusia juga kembali
ke daerah itu.
๐ฌ
Gagah Berani:
Kutanya guruku: Siapakah Sang Pemberani?
Dia menjawab:
Bukan dia yang tak mengenal rasa takut,
Sebab yang demikian adalah orang nekat.
Sang pemberani akrab dengan rasa takut,
Namun tetap maju dengan gagah.
Tak demikian dengan pengecut: mereka
takut lalu mundur sebelum mencoba
Maka kuputuskan menjadi pemberani:
biar bahaya menghadang, aku terus maju!
biar resiko menantang, aku tetap maju!
biar serba tak pasti, aku terus melangkah maju!
Aku berpendapatโฆ
lebih baik gagal melakukan hal yang baik
daripada tidak berbuat apa-apa
tidak kuharapkan rasa takutku pergi sebab
sesungguhnya dia adalah sahabat sejati jiwaku.
keberanianku terus kuperkokoh dengan
terus maju menantang risiko, sebab
bagaikan otot, keberanianpun menguat karena dipaksa
Komentar
Posting Komentar