Kutipan Dari Buku Jangan Sampai Ada dan Tiadamu di Dunia ini Tak Ada
Bedanya
Penulis buku: Ahmad Rifa’i Rif’an
- Ada miliaran manusia yang hidup dalam satu generasi. Tetapi hanya ada segelintir saja orang yang namanya kemudian muncul menjadi bintang, sementara sebagian besar lainnya terpaksa hanya lahir, hidup bertahun tahun, kemudian meninggalkan dunia tanpa ada sedikit pun jejak sejarah yang layak dikenang generasi setelahnya.
- K.H. Hasyim Asy’ari pernah mengungkapkan, “Kemuliaan didapatkan ketika seseorang lebih mementingkan kesusahan orang lain di atas kesusahannya sendiri, dan hal tersebut juga menjadikan seseorang itu sebagai hamba yang tidak mengeluh dan selalu bersyukur.”
- Cinta yang sebenar-benarnya tulus adalah ketika cinta itu tetap merekah tatkala orang yang dicintai lebih sering menjadi beban ketimbang menjadi hiburan.
- Jangan pernah meremehkan profesi apapun. Karena bisa jadi, yang menurut kita profesi rendahan dan tak membanggakan, ternyata dalam pandangan Allah ia sangat dimuliakan. Maka asal legal asal halal, tak usah minder dengan pekerjaan apa pun.
- Apakah kita pernah menyendiri sejenak. Keluar dari riuhnya kesibukan dunia hanya untuk merenungkan keadaan kita setelah meninggalkan dunia? Apakah kita sempat memberi sedikit jeda atas rutinitas kita dalam mengejar ambisi-ambisi dunia yang tidak ada habis habisnya, untuk berpikir tentang apa yang akan dikenang oleh dunia saat kita telah menghadap-Nya?
- Jika ada dari kita yang meninggalkan masa muda tanpa ada peningkatan ibadah yang tinggi, tanpa ada prestasi yang diraih, tanpa ada karya yang mengspirasi, tanpa ada konstribusi yang berarti, maka sungguh kita telah zalim kepada diri kita sendiri. Misal, Anda memaknai masa muda itu di bawah 25 tahun. Maka antara balig hingga 25, itulah masa muda Anda. Dalam masa itu kita punya kesempatan untuk mengisinya dengan banyak hal. Yang jelas, baik Anda isi dengan kebaikan atau keburukan, Anda sama-sama kehilangan masa muda (umur).
- Jangan sampai perolehan dunia malah membuat kita makin sombong, makin cinta dunia, makin , lupa akhirat. Karena bukankah kita hidup disini hanya untuk mencari bekal menghadap-Nya. Hanya itu.
- Kita suka membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita sedih kalau melihat orang lain lebih daripada kita. Padahal kalau kita terus membandingkan diri dengan orang lain, maka tidak akan ada habisnya.
- Ketika kita berharap terima kasih dan penghargaan dari orang lain, maka saat itu kita sedang terjerumus pada ptensi kesedihan, Karena tidak semua orang punya kerelaan hati untuk berterima kasih dan menghargai orang lain. Yang ada justru sebaliknya, hampir semua orang lebih suka dihormati dan dihargai.
- Ketika Rasulullah diperintahkan, “Iqra’?” Rasulullah lantas bertanya, “Maa aqra’ yaa Jibril”? Jibril tak menjawab hingga beberapa kali. Hingga pada akhirnya Jibril menyampaikan wahyu berikutnya “Iqra’ bismi rabbikalladzii kholaq.” Apakah bacaan yang bismirabbik itu? Beberapa ulama memaknai ini sebagai anjuran untuk membaca bacaan yang memberi manfaat dan dampak positif bagi pembacanya.
- Cara mencintai itu bermacam. Bisa dengan mengkritik dan memaki. Agar kita tahu kekurangan kita sehingga bersemangat untuk terus memperbaiki diri. Cara orang membenci juga bermacam, bisa dengan memuji. Lalu membiarkan keangkuhan dan membanggakan diri.
#berbagiituindah
#selfreminder
#semogabermanfaat
Komentar
Posting Komentar